Jreeng..jreeng..jreeng mungkin suara itu tidak asing terdengar ditelinga kita, apalagi ketika kita berada di keramaian umum seperti bus kota,warung makan,dan tempat lainnya. Mereka yang biasa disebut sebagai pengamen jalanan membawakan lagu dengan alat musik seadanya, bernyanyi dengan suara keras, terkadang terdengar sumbang , walau terkadang ada beberapa dari mereka yang bernyanyi dengan suara merdunya, membawakannya dengan penuh penjiwaan. Mereka yang berlalu pergi tanpa menyelesaikan nyanyiannya ketika ia diberi upah, ada pula mereka yang menyelesaikan nyanyiannya dan meminta tanpa pamrih.
Diantaranya ada pengamen yang sopan dan yang tidak sopan, mungkin seringkali kita berjumpa dengan pengamen yang kurang sopan, yang bernyanyi sekenanya ,meminta dengan paksaan, dan lain sebagainya, tidak banyak dari mereka yang mengamen secara sopan. Biasanya itupun terlihat dari penampilan mereka, dari cara mereka berpakaian dan tutur bahasanya. Mereka yang berpakaian seperti preman contohnya jangankan mau dengerin dia bernyanyi, melihat dia datang saja sudah takut duluan, apalagi kalau mintanya memaksa ,terkadang mereka lebih memaksa kepada kaum lelaki, untuk memaksa ke kamu perempuan sepertinya jarang terjadi. Biasanya kejadian paksa memaksa ini sering terjadi di angkot dan bus kota. Lain halnya dengan pengamen yang tahu kesopanan , ia bernyanyi dengan tulus dan meminta tanpa paksaan, terlihat dari cara dia berpakaian seadanya tapi rapih, bersih, kata-katanya yang sopan dan enak didengar.


Tapi yang saya rasaian waktu ikutan ngamen sama pengamen di jogja, ngamen itu gampang-gampang susah, awalnya dari sekedar iseng-iseng gara-gara lagi duduk di angkringan alun-alun selatan jogja, disitu ada pengamen yang dateng, terus saya dan teman-teman saya mau ikutan gabung sama mereka dan merekapun mengizinkan kami untuk bergabung, kayanya makin ramai makin seru. Ngamen itu harus tau lagu yang mau di nyanyiin, harus tau disini bukan harus tau lirik dan syair lagunya tapi harus tau situasi dan kondisi orang yang mau kita nyanyiin, kalau orangnya lagi ramai-ramai gitu biasanya kita ngebawain lagu-lagu yang ceria, kalau lagi berduaan saja kita bawain lagu-lagu romantis. Senengnya kalau pas kita lagi ngamen orang-orang yang dengerin itu juga ikutan nyanyi sama kita, ngerespon baik, dikasih makanan ringan, minta request lagu, selesai ngamen terus pada ngasih duit deh. Sedihnya kalo lagi ngamen terus dicuekin gitu, ketemu orang jutek, padahal udah ramah-ramah datengnya perginya sopan, malah tidak di respon duh itu berasa sangat tidak dihargai walau dia memberi duit sebesar apapun. Sekali muter saja sudah dapat penghasilan yang lumayan. suka duka mereka tidak terasa dengan kebersamaan.
Banyak dari mereka yang sukses karena musik , dengan musik mereka bisa mengekspresikan perasaan mereka, biasanya lagu-lagu yang dibuat oleh para pengamen jalanan maknanya sering berupa kehidupan mereka dan menyangkut kehidupan masyarakat terkadang juga sering berisi sindiran –sindiran. Dengan mereka bermain musik , mereka juga dapat menghibur diri sendiri dan orang lain. Banyak contoh grup band terkenal sekarang, diangkat dari mereka yang dulunya suka mengamen, apalagi zaman sekarang semakin berkembang, semakin banyak pula karya-karya di Indonesia, semakin canggih juga alat-alat musik zaman sekarang.
Intinya kalau ada pengamen mau itu pengamen yang sopan atau tidak, cobalah untuk menghargainya, beri duit kalau memang ada duit, tapi kalau sedang tidak ada duit, cukuplah dengan bilang “maaf saja” dengan menyatukan tangan sepeti orang memohon, bilangnya juga harus sesopan mungkin, dengan wajah yang tidak meledek atau meremehkan. Biasanya para pengamen lebih menghargai yang seperti itu, daripada harus melihat kita cuma diam tanpa basa-basi ketika ia meminta duit. Mungkin menurut mereka itu merupakan sikap yang seolah-olah tidak menghargai mereka.
Bila keberadaan para pengamen ini bisa mendapatkan arahan secara edukasi yang tepat dan berkesinambungan, bukan tidak mungkin dunia ngamen ini akan menjadi semacam lahan mentah dari pencarian bentuk-bentuk musik di Indonesia, yang kian hari terasa semakin canggih dibidang skill atau keterampilan teori, namun semakin tipis dalam karakter, terutama bila menyentuh akar tradisi dan budaya yang semestinya menjadi ujung tombak untuk dikembangkan secara lebih luas ke dunia musik internasional sebagai aset bangsa dan negara.
0 komentar:
Posting Komentar